Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada April 2012 terjadi inflasi
0,21%.Ini lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Maret 2012 sebesar
0,07%.
"Ada yang mendorong inflasi ada 6 komoditas, bawang putih
karena kurang pasokan dan kenaikan harga di 55 kota, Sumenep 50%, cabai
rawit terjadi di 39 kota, kenaikan di Manado mencapai 79%. Juga gula
pasir karena kekurangan pasokan terjadi di 56 kota dimulai minggu
pertama April, terjadi di Tegal sebesar 10%," ujar Kepala BPS, Suryamin
dalam konferensi pers di kantornya, Jalan DR Sutomo, Jakarta, Senin
(1/5/2012).
Selain itu Suryamin menjelaskan yang menyebabkan
inflasi adalah rokok kretek filter karena cukai rokok terjadi kenaikan
di 35 kota, di Medan 7%, Pontianak 5%. Selain itu bawang merah juga
menyumbang inflasi karena kurang pasokan terjadi di 58 kota, kenaikan
tertinggi terjadi di Bima sebesar 43% dan Gorontalo 41%.
Inflasi
tertinggi disumbang dari makanan, minuman, rokok tembakau sebesar 0,62%.
Sedangkan sandang menyumbang deflasi 0,46%. Untuk perumahan, air,
listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,24%, bahan makanan
0,12%.
Besaran inflasi year on year (yoy) di April 2012 mencapai 4,5%. Sementara inflasi di Januari-April 2012 mencapai 1,09%.
Dari 66 kota, sebanyak 52 kota mengalami inflasi, dan 14 kota mengalami deflasi.
Inflasi
tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,76%, disusul Manado
sebesar 1,63%. Sementara inflasi terendah di Bengkulu 0,03%. Untuk
deflasi tertinggi di Tarakan 0,51%, Kupang 0,3%.
Deflasi dipicu
karena harga emas dan perhiasan menurun. Emas dan perhiasan terjadi
penurunan di 58 kota antara lain Sorong turun 4%, Cilegon 2%.
"Beras
masih deflasi karena suplai banyak, panen berlangsung, terjadi di 45
kota ada di Tasikmalaya, Kediri, Bima, turun 5%, sementara itu Padang
Sidempuan, Sukabumi turun 4%," katanya.
Deflasi juga disumbang
oleh telur ayam ras, karena stok cukup terjadi di 58 kota , penurunan
tertinggi terjadi di Palopo 13%. Sementara itu daging ayam ras mengalami
penurunan terjadi di 41 kota tertinggi di Pontianak 14% dan Probolinggo
13%.
Source: Detik Finance