Pergerakan harga di pasar keuangan kini tidak lagi mencerminkan
pengaruh dari kebijakan stimulus yang sudah dikeluarkan oleh beberapa
bank sentral dunia seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Penguatan
instrumen beresiko seperti komoditi, mata uang yang higher risk, dan indeks saham, tidak bertahan lama, harga-harga kembali terkoreksi.
Rupanya para pelaku pasar kembali fokus ke masalah krisis hutang
Eropa yang berpengaruh pada pelambatan ekonomi dunia. Data-data ekonomi
yang dirilis sesudah stimulus menunjukkan kerapuhan ekonomi global
dimana aktivitas manufaktur masih berkontraksi dan tingkat pengangguran
masih tinggi. Data-data ekonomi kini mulai lagi menjadi market mover, setiap gambaran negatif selalu menekan harga risk instrument dan sebaliknya gambaran yang positif menguatkan risk instrument.
Uni Eropa masih melakukan negosiasi-negosiasi terhadap beberapa opsi
solusi. Pembahasan di Uni Eropa terasa berjalan sangat lambat. Ini
dimaklumi karena Uni Eropa terdiri dari 27 negara anggota dimana 17 di
antaranya merupakan pengguna mata uang tunggal euro. Dan krisis terjadi
di negara-negara pengguna euro.
Beberapa solusi yang menjadi pembicaraan hangat di Eropa antara lain:
- Keputusan ECB untuk membeli obligasi pemerintah negara-negara bermasalah dengan tenor 1-3 tahun dan tanpa batas di pasar sekunder.
- Aktivasi lembaga bailout permanen European Stability Mechanism (ESM) tanggal 8 Oktober.
- Keputusan pemberian tahapan dana talangan kedua untuk Yunani pada akhir Oktober.
- Isu pengajuan permintaan bailout Spanyol ke Uni Eropa.
- Wacana penyatuan fiskal negara-negara Uni Eropa.
- Wacana penyatuan supervisi perbankan Eropa di tangan ECB.
Keputusan ECB (Bank Sentral Eropa) untuk membeli obligasi
pemerintah negara-negara yang bermasalah sebenarnya memberikan angin
segar ke pasar. Dengan amunisi yang bisa dibilang tanpa batas dari Uni
Eropa, memberikan keyakinan di pasar bahwa persoalan hutang dapat
teratasi. Namun ECB tidak akan serta merta membeli obligasi tersebut.
Ada syarat yang harus dipenuhi oleh suatu negara yaitu di antaranya
mengajukan permintaan bailout ke Uni Eropa.
Spanyol kini menjadi fokus pasar terkait keputusan ECB ini. Para kreditur Spanyol tentunya mengharapkan Spanyol mengajukan bailout sehingga surat hutang yang dikeluarkannya ada yang menalangi alias tidak default. Tapi pemerintah Spanyol yang dipimpin oleh PM Mariano Rajoy merasa tidak perlu karena yield atau tingkat imbal hasil obligasinya masih di bawah 7% dan masih sanggup membiayai hutang dengan yield yang
demikian. Pertanyaan-pertanyaan muncul di pasar yang menyangsikan
kekuatan pemerintah Spanyol untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi
di negara itu tanpa campur tangan ECB ataupun Uni Eropa. Pasar masih
menantikan kabar dari Spanyol mengenai isu permintaan bailout ini.
Yunani masih disibukkan dengan evaluasi proposal penghematan anggaran yang menjadi syarat untuk mendapatkan dana bailout
tahap kedua dari Troika (tiga pengawas: ECB, Uni Eropa dan IMF). Troika
akan mengumumkan hasil evaluasinya sekitar akhir Oktober. Kalau Yunani
tidak lolos evaluasi, hal ini akan kembali memberikan sentimen negatif
ke pasar. Dalam internal Yunani sendiri, masih belum ada kesepakatan
mengenai pos-pos mana saja yang harus dipangkas. Oposisi masih menolak
beberapa usulan dari pihak penguasa. Perjalanan Yunani untuk mendapatkan
tanda setuju dari Troika juga akan menjadi market mover ke depannya.
Dua wacana yang masih dalam tahap pembicaraan yaitu penyatuan fiskal
dan penyatuan supervisi perbankan Eropa. Tujuan dari penyatuan fiskal
ini adalah untuk memastikan bahwa negara-negara yang tergabung dalam Uni
Eropa disiplin dalam menjalankan anggarannya sehingga dapat menghindari
potensi pemakaian hutang yang berlebihan yang berpotensi membangkrutkan
negara. Uni Eropa akan memberikan batasan defisit anggaran yang harus
dijalankan dan bila ada negara yang melanggar, akan ada sanksi denda
sebesar 0,1% dari GDP negara yang bersangkutan.
Sudah ada 25 negara yang setuju dengan program penyatuan fiskal ini.
Hanya Inggris dan Republik Ceko yang menolak. Dan telah menjadwalkan
tanggal 1 Januari 2013 sebagai tenggat waktu program ini sudah
diratifikasi oleh masing-masing parlemen. Minimum 12 negara pengguna
euro harus sudah meratifikasi dan saat ini sudah 9 negara yang
meratifikasinya.
Sementara untuk wacana penyatuan supervisi perbankan masih menjadi
perdebatan hangat seperti siapa yang akan mensupervisi, kapan dan berapa
banyak bank yang harus dalam satu supervisi. ECB menjadi kandidat
utama, tapi banyak kalangan menilai ini akan menambah beban ECB dan akan
menjadi tidak efektif, sementara yang pro melihat bahwa ECB mempunyai
kapasitas terkait dengan kesediaan dana bila diperlukan untuk membailout. Untuk wacana yang satu ini masih belum jelas kapan tenggat waktunya.
Kembalinya perhatian para pelaku pasar terhadap krisis Eropa
memberikan gambaran betapa krisis Eropa menjadi momok bagi pertumbuhan
ekonomi dunia. AS terhambat pemulihannya, China mengalami pelambatan dan
akhirnya dunia terkena imbas negatif. Eropa akan menjadi topik utama
hingga akhir tahun ini di samping isu Fiscal Cliff dari Amerika Serikat.
Source: Monex News
0 comments:
Post a Comment