Jakarta
Tokyo
London
New York
Sydney
Latest News :

Membaca Masa Depan Produsen Minyak Dunia

February 08, 2012

Periode kejayaan produsen energi masih berlangsung tahun lalu. Perusahaan minyak multi-nasional terus meraup laba besar dari tahun ke tahun. Namun merebak kecemasan di kalangan anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) terkait sumber eksplorasi baru di masa depan.

Rasio permintaan minyak terus melonjak. Rostam Ghasemi, Kepala OPEC asal Iran untuk 2011, memperkirakan volume permintaan tahun ini mencapai 1,1 juta barel per hari. Sebanyak 12 perusahaan minyak terbesar jagad raya bahkan memproyeksikan tingkat permintaan konsisten bertambah sampai tahun 2035.

Sebagai catatan, beberapa produsen besar melaporkan laba berlimpah dari kinerja operasional 2011. British Petroleum (BP) mencetak keuntungan $23,9 miliar. Sementara Royal Dutch Shell meraup $30,9 miliar atau sedikit di bawah perolehan laba ExxonMobil, yang menembus $41,1 miliar.

Hasil yang cukup impresif, namun tidak cukup meredam kekhawatiran pihak manajemen masing-masing perseroan. Hari ini, sebanyak 90% minyak mentah dunia dipompa keluar oleh pihak BUMN dari negara-negara seperti Rusia, Arab Saudi, Venezuela dan Iran. Perusahaan swasta multi-nasional hanya kebagian porsi pengelolaan dalam jumlah kecil.
Kendala utama dari eksplorasi minyak kini tidak lagi tertuju pada faktor biaya operasional maupun iklim. Alasan teknis dan kepentingan politik sudah menjadi sentimen utama dalam lima tahun belakangan. Siapa yang memiliki kekuatan politik di wilayah penghasil minyak, maka ia berhak menentukan ke mana sumber daya alam tersebut akan 'dijual'. Salah satu contoh nyata adalah kisruh politik Iran. Banyak pihak bertanya, jika embargo diberlakukan maka siapa yang mempunyai akses terhadap salah satu lahan minyak terbesar dunia itu. Kondisi serupa berlaku di Libya, limpahan emas hitam di negara Khadafi mulai mubazir karena belum disedot ke permukaan. Belum lagi masalah politik di Mesir dan Nigeria. Kisruh kekuasaan dan kesejahteraan membuat kilang-kilang minyak di kedua negara dibekukan hingga waktu yang belum jelas.

Salah satu fakta mengejutkan tampak pada laporan tahun OPEC. Di situ terlihat bahwa cadangan minyak terbesar bukan ada di kawasan Arab, tapi tertimbun di bawah tanah Venezuela. Volumenya diprediksi mencapai 297 juta barel atau di atas volume minyak di Arab Saudi, yang cadangannya tinggal tersisa 40% lagi menurut Wikileaks. Perusahaan besar Eropa sudah membuktikan betapa sulitnya meminta jatah eksplorasi dari meja administrasi Hugo Chavez. Exxon beberapa tahun lalu sempat memenangkan tender pengelolaan minyak Venezuela. Namun tiba-tiba Hugo Chavez membatalkan kesepakatan secara sepihak karena ia ingin menasionalisasi lahan yang sudah menjadi hak eksplorasi Exxon. Alhasil perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ke dua dunia itu merasa gerah dan menggugat badan usaha negara, PDVSA. BUMN Venezuela itu akhirnya 'hanya' menawarkan kompensasi $255 juta atau jauh di bawah nilai gugatan Exxon sebesar $7 miliar. Kebijakan pemerintah Chavez layak dilihat sebagai tamparan keras bagi perusahaan paling disegani di dunia itu.

Meski demikian, perusahaan-perusahaan energi global pasti akan tetap melaba tahun ini. Mengingat masih begitu banyak lahan yang bisa digarap, setidaknya untuk lima tahun ke depan. BP sudah mengumumkan 12 rencana tes pengeboran untuk tahun 2012, dua kali lipat dibanding jumlah pengujian tahun lalu. Sementara 6 proyek ekstraksi juga siap diluncurkan oleh BP dalam beberapa bulan ke depan. Sementara Shell terus memfokuskan diri pada pengembangan proyek penyulingan. Tujuannya adalah agar pengelolaan minyak bisa lebih cepat dan efisien. Sedangkan PetroChina sudah menginvestasikan $5,4 miliar untuk beberapa proyek serta menjanjikan hasil eksplorasi yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya. 

Grafik pergerakan harga minyak dalam 1 tahun terakhir

Kisaran harga minyak mentah yang masih berkutat di dekat $100 per barel adalah jaminan akan raihan laba besar bagi korporasi energi global di tahun 2012. Rapor keuangan masing-masing perusahaan masih aman selama cadangan minyak di negara-negara maju dan wilayah Arab tetap surplus. Setelah itu, semua bergantung pada pergeseran peta politik dunia dalam satu dasawarsa ke depan. Iran dan Venezuela akan memegang peran sentral dalam perdagangan minyak global. Meski tidak ada yang bisa menjamin kondisi politik di kawasan penyuplai akan baik-baik saja untuk waktu lama.



Sumber: 
- Monexnews
- Oil & Gas Journal
- Wikileaks
- OPEC.org
- Energy Watch Group
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

Latest News

 

© Copyright KABAR MARKET 2011 | Powered by Blogger.com.