Minyak mentah berjangka terhuyung antara
kenaikan tipis dan penurunan pada sesi Rabu, setelah investor memantau
perkembangan seputar krisis utang zona euro yang sedang berlangsung
serta ketegangan antara Iran dan Barat.
Di New York Mercantile Exchange, minyak
mentah light, sweet untuk pengiriman Maret diperdagangkan di $100.95 per
barel selama perdagangan pagi di Eropa, turun 0,07%. Kontrak Maret
diperdagangkan di rentang $100.70 per barel, level bawah harian dan
level atas $101.58.
Di ICE Futures Exchange, minyak berjangka
Brent untuk pengiriman Maret naik 0,15% diperdgaangkan di $111.71 per
barel, dengan selisih antara Brent dan kontrak minyak mentah nymex
sebesar $10.76 per barel.
Sentimen pasar berada di bawah tekanan
setelah lembaga pemeringkat Fitch sebelumnya memperingatkan bahwa Italia
kemungkinan menghadapi penurunan peringkat sebesar dua level. Lembaga
pemeringkat tersebut, yang saat ini menahan Italia dengan rating A+,
pekan lalu mengatakan bahwa terdapat kesempatan “signifikan” bahwa
Italia akan mengalami penurunan peringkat kredit pada akhir Januari.
Sementara itu, pemerintah Yunani
dijadwalkan melanjutkan pembicaraan dengan pemegang obligasi untuk
membahas secara pengurangan nilai secara sukarela terhadap utang negara
Yunani, setelah menghadapi kebuntuan di Jumat kemarin, di tengah
ketidaksepakatan atas berapa banyak uang investor akan kehilangan dengan
menukar obligasi mereka.
Harga terus untuk menarik dukungan dari
kekhawatiran atas potensi gangguan terhadap ekspor minyak Iran setelah
Republik Islam memperingatkan Arab Saudi terhadap pengiriman minyak
tambahan ke pasar dunia untuk mengkompensasi penurunan ekspor minyak
Iran jika mereka terkena sanksi.
Komentar tersebut muncul sehari setelah
Menteri Perminyakan Arab Saudi berjanji untuk meningkatkan produksi
sebanyak 2,7 juta barel per hari, melebihi ekspor Iran, jika ada
permintaan pasar untuk minyak lebih.
Menteri luar negeri Uni Eropa dijadwalkan
akan bertemu pada 23 Januari untuk memutuskan sanksi yang diusulkan
atas impor minyak Iran.
Sumber: Reuters
0 comments:
Post a Comment