Negosiasi
antara pihak kreditur dan pemerintah Yunani akhir pekan lalu mengalami
deadlock. Tidak ditemukan kesepakatan tentang solusi terbaik dari
penurunan kualitas obligasi Yunani.
Pihak
investor enggan menerima pemangkasan nilai aset mereka dalam jumlah
sebegitu besar. Sementara Yunani sulit memberi penawaran lebih lanjut
karena Athena memang sedang kesulitan dana segar. Stagnasi dalam proses
tawar menawar makin memperkuat kecemasan bahwa Yunani terpaksa
dinyatakan bangkrut (default) tahun ini. Jika Yunani akhirnya divonis default, apa skenario terburuk yang bisa terjadi di Eropa?
1. Bank Yunani akan di-nasionalisasi
Bank-bank
Yunani memiliki aset obligasi negerinya dalam jumlah besar. Sebuah
default (gagal bayar) akan menggerus nilai investasi perbankan sehingga
bank harus mencari sumber pendanaan baru. Nasabah pasti kehilangan
kepercayaan terhadap institusi perbankan. Pemerintah bisa dipaksa
memberlakukan 'bank holiday' untuk mencegah penarikan dana secara
massal. Bank dengan eksposur obligasi sangat besar akan terkena program
nasionalisasi untuk bisa bertahan.
2. Bank Eropa terguncang hebat
Bank-bank
Eropa adalah kolektor terbesar obligasi Yunani, nilainya dilaporkan
menembus $53 miliar secara akumulatif. Bank asal Prancis, Jerman dan
Inggris memiliki porsi simpanan terbesar. Jika investor bank dipaksa
menerima pemangkasan obligasi 40% (angka perkiraan), maka nilai kerugian
yang harus diterima adalah €15.6 miliar ($22 miliar). Suatu jumlah yang
fantastis! Cukup besar untuk mengguncang sistem perbankan benua biru.
3. Gejolak pada Credit Default Swap (CDS)
Credit Default Swap adalah produk yang menjaminkan aset hutang suatu pihak. Jadi, jika komponen dari CDS itu divonis gagal bayar, maka sang penjual harus membayar kompensasi kepada pihak pembeli CDS. Sulit untuk menentukan seberapa besar dampak kebangkrutan Yunani terhadap sirkulasi CDS. Namun lembaga penjual dipastikan harus membayar kompensasi luar biasa besar seandainya hal ini terbukti tahun ini.
4. Himpitan kredit global
Ketidakpercayaan antar lembaga dan investor perbankan makin besar. Begitu besarnya sampai tidak ada bank yang mau meminjamkan dana kepada sesama bank. Lembaga keuangan dengan likuiditas kecil dipaksa untuk menjual berbagai asetnya untuk bisa bertahan. Hal seperti ini yang terjadi saat Lehman Brothers bangkrut 3 tahun silam. Keterbatasan akses kredit akan melambungkan Suku bunga pinjaman antar bank atau LIBOR.
5. Irlandia dan Portugal makin abai untuk menjaga kualitas hutangnya
Kedua negara ini merasakan perlambatan ekonomi luar biasa akibat upaya pemerintah untuk menstabilkan neraca dan nilai hutang masing-masing. Jika Yunani divonis default, maka Irlandia dan Portugal bisa tergoda meminta vonis bangkrut juga. Logikanya, kalau investor Yunani bisa dipaksa menerima pemangkasan nilai hutangnya, mengapa Irlandia dan Portugal harus melunasi hutang secara penuh? Kedua negara bisa merasa diperlakukan tidak adil seandainya tidak diperbolehkan berbagi kerugian dengan investor.
7. Krisis European Central Bank (ECB)
ECB
tidak hanya menanggung aset hutang Yunani, otoritas juga memegang aset
berbasis bank Irlandia. ECB juga harus kehilangan dana jika bank-bank
Yunani dan Irlandia tidak mampu menjaga kesehatan likuiditas
masing-masing. Arus kas menjadi macet dan ECB kembali harus mengatur
langkah baru untuk mencukupi modalnya.
8. Krisis politik di Jerman
Angela
Merkel lama dikritik akibat kebijakan bailout Jerman terhadap negara
lain. Warga mempertanyakan mengapa uang pajak yang mereka bayar harus
dipakai untuk membantu negara yang gagal menjaga neraca keuangannya
sendiri. Jika Yunani sampai default, makin kuat pula arus serangan
oposisi ke arah pemerintah. Kemungkinan terburuknya Merkel bisa dipaksa
mundur, sama seperti yang dialami Silvio Berlusconi dan George
Papandreou. Buat apa membantu jika akhirnya pihak yang dibantu tetap
bangkrut?
Sumber: Monexnews
0 comments:
Post a Comment