Pejabat Uni Eropa beberapa kali mengakui
bahwa penanganan krisis hutang zona euro terlalu lambat. Presiden Uni
Eropa, Herman Van Rompuy, juga berpendapat demikian ketika diwawancarai
oleh penyiar RTBF Belgia pada hari Minggu (08/01).
Namun
van Rompuy menyangkal jika eksistensi zone euro sedang dalam bahaya.
"Apa yang terjadi saat ini adalah krisis hutang di beberapa negara
saja," katanya. Pria Belgia ini optimis pihaknya segera menemukan solusi
konkrit lebih cepat. "Kami sering bertindak terlambat dan keputusan
terlalu lemah, Saya mengatakan ini secara terbuka," urainya.
Herman
van Rompuy menyatakan bahwa di sebagian besar kasus, Uni Eropa bekerja
sesuai jalur meski sangat perlahan. Otoritas Eropa optimis terhadap
prospek jangka panjang kawasan dalam upaya pemberantasan krisis. Bail
out bagi tiga negara euro berlangsung sesuai harapan sehingga
kekhawatiran mulai mereda. "Saya benar-benar yakin bahwa pada akhirnya
Kita akan melewati krisis ini meski akan memakan waktu lebih dari yang
diharapkan,"katanya.
Menjelang
pertemuan antara Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Prancis,
Nicolas Sarkozy pasar keuangan berada dalam mode waspada. Apa yang
terlontar dari mulut kedua kepala negara bisa menentukan masa depan
euro. Namun van Rompuy membantah keras pendapat seperti itu. Ia menilai
tidak ada seorang pun, termasuk Merkel dan Sarkozy, yang memegang
kebijakan politik strategis di Eropa. Segala keputusan tergantung serial
pertemuan petinggi negara.
"Tidak ada
yang namanya 2+25 (di Uni Eropa) atau 2+15 (di zona euro)," tutur van
Rompuy merujuk pada peran sentral Jerman dan Prancis di Eropa. Sebuah
konsensus, menurutnya, hanya bisa dibangun dengan kerjasama antar
negara. Konsensus ini juga yang berusaha diupayakan Uni Eropa pada
pertemuan puncak krisis 30 Januari mendatang.
Dari: Berbagai Sumber
0 comments:
Post a Comment