Situasi perekonomian zona euro tampaknya semakin suram dan memburuk
dari waktu kewaktu. Beberapa statement bersama pimpinan zona euro, ECB
dan IMF seolah tinggal wacana saja, tidak ada langkah konkret dan krisis
telah berjalan dua tahun.
Jumat lalu tercatat, Perancis dan Austria resmi kehilangan rating AAA
nya ditambah sembilan negara anggota zona euro seolah mempertegas
betapa peliknya permasalahan Eropa. Keputusan Standard & Poor’s
memangkas rating negara-negara tersebut setelah melalui beberapa
pertimbangan dan peringatan.
Tampaknya hanya Jerman saja yang masih bertahan dan berdiri kokoh
sebagai satu-satunya negara zona euro yang memiliki pertumbuhan ekonomi
positif. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan lambat laut imbas
lemahnya perekonomian zona euro juga akan menampar Jerman.
Menanggapi kondisi baru-baru ini, Kanselir Jerman Angela Merkel
mengatakan bahwa pemangkasan rating oleh S&P memperlihatkan betapa
tidak cukupnya kebijakan-kebijakan yang selama ini dikeluarkan sehingga
agar efektif kebijakan tersebut harus ditingkatkan dua kali lipat.
Berturut-turut rating Spanyol diturunkan menjadi A dari AA- sementara
Perancis menjadi AA+ dari AAA. Kedua kepala negara mengaku kecewa,
dimana Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy berjanji akan memangkas
belanja dan membersihkan sistem perbankan sekaligus menyatakan
ketegasan komitmennya terhadap masa depan zona euro.
Untuk meningkatkan dana masuk, negara-negara tersebut akan melakukan
penjualan obligasi dimana minggu ini akan dimulai oleh Perancis dan
Spanyol.
Dengan turunnya rating Perancis dan beberapa negara zona euro lainnya
disinyalir akan mempengaruhi pengumpulkan dana European Financial
Stability Facility karena rating AAA masing-masing negara memberi
jaminan kepada sponsor yang ingin terlibat memberikan dananya. Tentu
saja, menurunnya rating tersebut semakin meningkatkan kecemasan negara
sponsor bahwa semakin banyak negara di zona euro yang memiliki potensi
gagal bayar.
Sekali lagi didalam pernyatannya, Merkel dan pemimpin Eropa laninnya
berjanji akan segera bertindak dalam menetapkan kebijakan penerus yang
permanen yaitu European Stability Mechanism.
Akan ada pertemuan lagi antara Merkel, Sarkozy dan PM Mario Monti di
Roma pada 20 Januari untuk mengulas lebih mendalam upaya penyelamatan
dari krisis jelang KTT Eropa 10 hari kemudian. Opsi yang mencuat adalah
meningkatkan sumber dana Badan Moneter Internasional (IMF).
Satu lagi ancaman serius adalah Yunani, dimana banyak investor
mengingatkan bahwa sistem finansial negara ini akan hancur lebur. Jika
gagal mencapai kata sepakat dengan kreditur, maka pemerintah Athena
tidak akan mampu mengembalikan pinjaman senilai 14,5 miliar euro yang
akan berakhir tenggatnya 20 Maret nanti.
Akhirnya bisa ditebak, Yunani
akan kembali mengemis bantuan dana kepada negara-negara zona euro,
dimana masing-masing negara itupun juga terjangkit krisis. Bangkrutnya
Yunani akan berdampak besar kepada euro karena akan menyebar ke pasar
obligasi lainnya di zona euro.
Bulan Oktober 2011, pemerintah Yunani dan kreditur sepakat memangkas
nilai utang Yunani sebesar 50 persen, dengan catatan Yunani wajib
menurunkan hutangnya menjadi 120 persen PDB di 2020. Memasuki 2012
ternyata kondisi ekonomi tidak sebaik perkiraan dan ECB mengatakan telah
terjadi kredit macet diberbagai perbankan setempat.
Pemangkasan rating negara-negara zona euro seolah merupakan
konfirmasi bahwa krisis Eropa belum akan berakhir dalam waktu dekat dan
masih akan ada dan nyata.
Sumber: Financeroll
0 comments:
Post a Comment