Futures minyak
mentah berpeluang menguat secara moderat pada 2012 mendatang. Kombinasi
antara krisis hutang Eropa dan kondisi politik ekonomi di Timur Tengah
masih akan menjadi motor penggerak utama.
Masalah
hutang Eropa dan ketegangan politik negara-negara Arab rentan
mengganggu tingkat permintaan dan volume persediaan. Lebih lanjut,
pergerakan harga bisa lebih liar karena sentimen politik yang memburuk.
Iran misalnya, eksportir terbesar ke-tiga dunia ini terancam kena sanksi
akibat proyek pengembangan nuklir.
Meski
demikian, prospek harga tetap kondusif mengingat ekonomi Amerika
Serikat (AS) tengah bangkit. Konsumen energi terbesar dunia ini
membutuhkan lebih banyak suplai guna mendukung geliat bisnisnya.
Sementara tingkat permintaan dari Eropa dipastikan menurun. Begitu pula
dengan China, yang tengah merasakan perlambatan ekonomi pasca kejayaan
industrinya. Khusus bagi China, jika tidak ada sesuatu yang istimewa
tahun depan, pertumbuhan ekonomi negara ini juga tidak akan terlampau
rendah dibanding 2011. Jadi penurunan tidak akan anjlok drastis karena
kebijakan pemerintah cenderung protektif terhadap roda bisnis.
James
Cordier, Manajer Keuangan Optionsellers.com, Florida, memperkirakan
titik puncak harga berada di sekitar $120 per barel di bulan Juni atau
Juli. Proyeksi itu mengacu pada musim liburan dan plesir musim panas di
Amerika Serikat, yang lazim mendongkrak tingkat konsumsi BBM. Cordier
juga memprediksi level terendah 2012 pada harga $85 per barel.
Harga
minyak sudah menguat 9% sepanjang tahun ini (hingga 23 Desember). Namun
sebagian besar waktu dihabiskan minyak di bawah $100 akibat digoyang
banyak sentimen.
Dari : Berbagai Sumber
0 comments:
Post a Comment